PéMad Gelar Aksi Sosial “PéMad Berbagi Kasih“ untuk Anak Panti Asuhan dan Masyarakat

Dalam rangka Idulfitri dan Aksi Puasa Pembangunan (APP), PT PéMad International Transearch kembali menggelar aksi sosial dengan tajuk “PéMad Berbagi Kasih” dalam bentuk pembagian sembako dan bingkisan Paskah. Kegiatan ini dibagi dalam dua kesempatan, yaitu pada 28 April 2022 untuk pembagian sembako dan pada 21 Mei 2022 untuk pembagian bingkisan Paskah. Aksi CSR (Corporate Social Responsibility) ini dilakukan sebagai wujud tanggung jawab sosial dan rasa peduli terhadap sesama.

Perusahaan ingin memberikan dampak positif yang nyata dan berkesinambungan, terutama bagi masyarakat yang merasakan imbas pandemi. Tak terhindarkan lagi, sejak munculnya pandemi COVID-19, sejumlah panti asuhan ikut merasakan dampaknya yang ditandai dengan penurunan jumlah donasi. Aksi sosial PéMad ini diharapkan dapat menjadi satu kontribusi positif untuk membantu meringkankan beban anak-anak di panti asuhan yang dikunjungi.

Semoga senyum dan harapan terus terukir di wajah mereka.

Rangkaian kegiatan aksi sosial tersebut dimulai pada Kamis, 28 April 2022. Menyongsong hari Idulfitri, PéMad membagikan 10 paket sembako kepada masyarakat yang membutuhkan di lingkungan kantor Jl. Palem Raya dan air minum kemasan untuk masjid di lingkungan kantor TTC Gentan.

Kegiatan dilanjutkan pada Sabtu, 21 Mei 2022 dengan mengunjungi tiga panti asuhan yang berada di tiga kabupaten, yaitu Sleman, Bantul, dan Kulonprogo.

1. Panti Asuhan Yayasan Hamba, Pakem

Lokasi pertama yang dituju adalah Panti Asuhan Yayasan Hamba yang beralamat di Katen RT 002/ RW 013 Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peserta aksi sosial “PéMad Berbagi Kasih” yang berjumlah 12 orang berangkat pukul 08.30 dari kantor TTC Gentan dan tiba di lokasi pada pukul 09.00. Kami diterima dengan hangat oleh pihak yayasan dan beberapa anak-anak di tempat itu. Kami berbincang sejenak mengenai kegiatan anak-anak dan kiprah Yayasan Hamba yang menerapkan kerukunan beragama.

Di panti asuhan tersebut, terdapat beragam keyakinan dan sebagian besar anak mengalami penolakan di lingkungan keluarga. Di Panti Asuhan Yayasan Hamba ini, PéMad membagikan 29 paket bingkisan yang berisi alat tulis, makanan ringan, dan kaos untuk usia batita, SD, SMP, SMA, dan dewasa. “Kami sangat berterima kasih atas bantuan dan perhatian bagi anak-anak di Panti. Kami doakan semoga PéMad makin besar dan sukses, dan semoga silaturahmi tetap terjalin antara PéMad dan Yayasan Hamba,” tutur salah seorang pengurus Panti Asuhan Yayasan Hamba untuk menutup pertemuan kali ini.

2. Panti Asuhan Brayat Pinuji, Boro

Setelah sesi penyerahan bingkisan di Pakem selesai, aksi kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Panti Asuhan Brayat Pinuji yang beralamat di Dusun Boro, Banjarasri, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kami tiba di panti asuhan pada pukul 11.30 dan diterima dengan hangat oleh para pengurus panti asuhan (narahubung: Bapak Rudi) dan beberapa anak yang saat itu sudah kembali dari sekolah. Kami berbincang sejenak mengenai kegiatan, anak-anak, dan kiprah panti asuhan Brayat Pinuji, Boro. Di panti asuhan tersebut, kami diberi kesempatan untuk berkeliling melihat beberapa ruangan yang ada di sana, seperti ruang belajar, ruang doa, ruang makan, dan ruang istirahat. Bapak Rudi banyak bercerita tentang asal muasal anak-anak yang tinggal di panti ini. Sebanyak 61 paket bingkisan yang berisi alat tulis, makanan ringan, dan kaos untuk usia batita, SD, SMP, SMA, dan dewasa dibagikan kepada anak-anak yang berada di panti tersebut. Sebelum berpamitan, kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. “Terima kasih atas kunjungan dan bingkisannya,” ucap Bapak Rudi saat melepas kami untuk meneruskan perjalanan.

3. Panti Asuhan Santa Maria, Ganjuran

Tujuan terakhir dari rangkaian aksi sosial ini adalah Panti Asuhan Santa Maria yang terletak di Jalan Ganjuran, Kelurahan Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Setibanya di lokasi pada pukul 15.00, kami disambut dengan hangat oleh para pengurus panti asuhan (narahubung: Ibu Yuli) dan Suster Magdelin Sri Winarti CB. Kami berbincang sejenak mengenai kegiatan, anak-anak, dan kiprah panti asuhan Santa Maria, Ganjuran. Di panti asuhan ini, kami tidak berkesempatan bertemu dengan anak-anak karena bertepatan dengan waktu istirahat.

PéMad membagikan 61 paket bingkisan yang berisi alat tulis, makanan ringan, dan kaos untuk usia SD, SMP, SMA, dan dewasa. “Terima kasih telah berkunjung. Bingkisan yang diberikan sangat berarti bagi anak-anak kami,” tutur seorang pengurus panti. Beliau juga menambahkan, “Kami mendoakan semoga PéMad makin berkembang, makin sukses, dan makin menjadi jalan berkat bagi banyak orang.”

Kegiatan ini diakhiri dengan senyum di wajah seluruh peserta dan pihak penerima bingkisan. Ini menjadi bukti kepiawaian PéMad dalam menafsirkan makna ‘kemanusiaan’. Semoga kegiatan bertajuk “PéMad Berbagi Kasih“ ini akan terus berlanjut pada tahun-tahun yang akan datang.

Sejarah singkat dari ketiga panti asuhan yang kami kunjungi dapat dibaca di akhir laman web ini. Jika pembaca ingin mengetahui lebih dalam atau memerlukan info terkait donasi, silakan berkomunikasi dengan narahubung tiap panti asuhan.

4. Sejarah singkat Panti Asuhan Yayasan Hamba

Yayasan HAMBA “Yayasan Sahabat Manusia Pembutuh Cinta” adalah sebuah LKSA (Lembaga Kesejahteran Sosial Anak). Sebagai lembaga independen, Yayasan HAMBA tidak berafiliasi dengan lembaga agama tertentu dan terbuka bagi semua anak yang tertolak dari berbagai latar belakang. Yayasan HAMBA didirikan oleh Ibu Lestari Projosuto (Klaten, 11 Mei 1943), yaitu sosok yang tanpa jeda mengabdikan dirinya pada kemanusiaan. Perjalanannya dimulai pada 1976 dengan membantu para tunawisma di Jakarta. Pada tahun 1980, Ibu Lestari menjadi ibu anak-anak jalanan Jakarta. Kemudian, pada tahun 1995, beliau mulai berpindah tempat ke Yogyakarta bersama anak-anak. Aktivitas kemanusiaan Ibu Lestari ini dikelola di bawah lembaga yang dikenal dengan nama Yayasan Aulia. Namun, pada tahun 2012, Yayasan Aulia Yogyakarta berganti nama menjadi Yayasan HAMBA. Sejak saat itu, tanggal 15 Oktober 2012 dinyatakan sebagai hari lahirnya Yayasan HAMBA.

Narahubung: Ibu Dwi ( 0857-9966-6676 )

https://yayasanhamba.org/

5. Sejarah singkat Panti Asuhan Brayat Pinuji

Pada tahun 1930, Panti Asuhan Brayat Pinuji didirikan dari keprihatinan akan nasib anak-anak telantar yang sangat membutuhkan bantuan perawatan, gizi, dan pendidikan yang memadai. Panti Asuhan Brayat Pinuji ini merupakan salah satu yayasan sosial yang dikelola oleh Kongregasi Suster-suster St. Fransiskus (OSF) yang berkedudukan di Jl. Ronggowarsito No. 8 Semarang. Pada tanggal 31 Desember 1934, Panti Asuhan Brayat Pinuji, Boro diresmikan.

Pada awal mula, Panti ini berlokasi di belakang Rumah Sakit St. Yusuf, Boro. Dengan bertambahnya jumlah anak, lingkungan kesehatan yang kurang mendukung dan menyebabkan anak-anak sering terkena penyakit, serta fasilitas yang kurang memadai maka pada tahun 1995 sampai saat ini, Panti Asuhan Brayat Pinuji menempati lokasi baru yang lebih besar dan cukup memadai, baik dari segi fasilitas maupun persyaratan kesehatan sehingga memungkinkan anak dapat tumbuh dan berkembang lebih optimal.

Narahubung: Bapak Rudi ( 0813-2619-5752 )

https://www.brayatpinujiboro.web.id/

6. Sejarah singkat Panti Asuhan Santa Maria

Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran memiliki semboyan ″Mekarlah kuncup muda, menebar harum kasih Allah″. Pada mulanya secara konkret, panti asuhan ini belum jelas keberadaannya. Awalnya, ada sebuah asrama yang didirikan oleh Ny. Caroline Schmutzer pada tahun 1927 untuk menampung gadis-gadis Jawa yang mau bersekolah di Ganjuran. Mereka umumnya berasal dari desa yang jauh, misalnya dari Panggang, Sanden, Celep, Pundong.

Kemudian pada tanggal 4 April 1930, Rumah Sakit Santa Elisabeth dibuka secara resmi untuk melayani para pasien yang berobat. Pada waktu itu, secara resmi pula para suster Carolus Borromeus mulai berkarya di Ganjuran. Seiring berjalannya waktu, pelayanan yang diberikan para suster lewat rumah sakit ini mulai dikenal secara luas oleh masyarakat sehingga makin banyak pasien yang datang berobat ke rumah sakit dari hari ke hari.

Di antara mereka yang datang berobat, ternyata ada banyak anak miskin dan yatim piatu yang diantar ke rumah sakit guna mendapatkan perawatan. Selain itu, rumah sakit juga menampung dan merawat bayi-bayi yang ditinggal pergi oleh ibunya yang meninggal setelah melahirkan. Saat itu, cukup banyak anak miskin, telantar, dan yatim piatu yang ditampung di bawah naungan Rumah Sakit Santa Elisabeth.

Menanggapi situasi seperti itu, Sr. Franka CB memunculkan suatu pemikiran yang kemudian menjadi jalan keluar, yakni mendirikan panti asuhan agar anak-anak tersebut bisa mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Waktu itu, anak perempuan ditampung menjadi satu di asrama putri yang didirikan oleh Ny. Schmutzer tadi. Anak laki-laki dititipkan di Panti Asuhan Boro, Kulon Progo yang dikelola oleh para Bruder FIC. Setelah berjalan selama 25 tahun (1970-1995), panti asuhan memisahkan diri dari RS Elisabeth dan secara mandiri berjuang membangun eksistensinya.

Narahubung: Ibu Yuli ( 0813-2648-9787 )

https://m.facebook.com/profile.php?id=576445002371211

Pemad International Transearch

PéMad menyediakan layanan penerjemahan dan pelokalan untuk lebih dari 20 bahasa. Kami memadukan penerjemahan (translation) dengan adaptasi kultural berbasis riset (research) untuk memberikan hasil terbaik ke klien global.

Share :