Peran Diksi dalam Proofreading: Tantangan Meningkatkan Keterbacaan Teks Bahasa Asing dan Indonesia

Diksi, atau pilihan kata, adalah elemen mendasar dalam sebuah teks. Bagi seorang proofreader, memilih diksi yang tepat bukan hanya soal memperbaiki kesalahan teknis, tetapi juga memastikan bahwa pesan teks tersampaikan dengan jelas, alami, dan menarik. Dalam proofreading, terutama untuk teks dalam bahasa asing dan Indonesia, pemilihan diksi dapat menjadi tantangan yang signifikan.

Artikel ini membahas bagaimana diksi memengaruhi keterbacaan, serta tantangan dan strategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas teks.

Apa Itu Diksi dan Mengapa Penting dalam Proofreading?

Diksi merujuk pada pemilihan kata-kata yang digunakan dalam suatu teks untuk menyampaikan makna tertentu. Dalam konteks proofreading, diksi melibatkan aspek seperti:

    • Kejelasan: Apakah kata-kata yang dipilih jelas bagi pembaca target
    • Ketepatan: Apakah kata-kata tersebut sesuai dengan konteks?
    • Gaya: Apakah pilihan kata mencerminkan nada dan tujuan teks?

Misalnya, dalam dokumen akademik, penggunaan diksi formal sangat penting, sedangkan untuk teks pemasaran, diksi yang lebih santai dan menarik lebih efektif. Memilih diksi yang salah dapat membuat pesan teks menjadi kabur, membingungkan, atau bahkan tidak relevan.

Studi menunjukkan bahwa keterbacaan teks memiliki pengaruh signifikan terhadap pemahaman membaca. Sebagai contoh, sebuah studi yang menggunakan formula Flesch-Kincaid Grade Level menemukan bahwa tingkat keterbacaan yang berbeda memengaruhi skor pemahaman dan waktu membaca siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa teks yang lebih mudah dibaca cenderung menghasilkan pemahaman yang lebih baik. Dengan demikian, diksi adalah fondasi dalam menciptakan teks yang komunikatif.

Tantangan Diksi dalam Proofreading Teks Bahasa Asing

Proofreading teks bahasa asing memiliki kompleksitas tersendiri. Berikut beberapa tantangan yang sering dihadapi:

1. Konsep Budaya dalam Bahasa Asing

Setiap bahasa membawa nuansa budaya yang unik. Misalnya, dalam bahasa Inggris, frasa seperti “It’s raining cats and dogs” adalah idiom yang menunjukkan hujan deras, tetapi jika diterjemahkan secara harfiah ke bahasa Indonesia, frasa ini tidak masuk akal.

Sebagai proofreader, Anda perlu memahami konteks budaya dan mencari padanan yang relevan. Dalam kasus idiom tadi, “Hujan deras seperti air bah” mungkin menjadi pilihan yang lebih sesuai.

2. Pemilihan Sinonim yang Tepat

Bahasa asing sering memiliki banyak sinonim untuk satu konsep, tetapi tidak semuanya cocok dalam konteks tertentu. Misalnya, kata “happy” dalam bahasa Inggris bisa berarti “senang”, “gembira”, atau “bahagia” dalam bahasa Indonesia. Pilihan kata mana yang dipilih tergantung pada konteks emosional teks.

3. Gramatika dan Struktur Kalimat yang Berbeda

Bahasa seperti Jepang atau Jerman memiliki struktur gramatika yang berbeda dari bahasa Indonesia. Misalnya, dalam bahasa Jepang, subjek sering kali ditiadakan jika konteksnya sudah jelas, sedangkan dalam bahasa Indonesia, subjek biasanya eksplisit. Hal ini menuntut proofreader untuk menyesuaikan pilihan diksi agar teks tetap natural.

Tantangan Diksi dalam Proofreading Teks Bahasa Indonesia

Proofreading teks bahasa Indonesia memiliki tantangan yang tidak kalah menarik.

1. Keragaman Bahasa Daerah

Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah. Meski teks ditulis dalam bahasa Indonesia, nuansa daerah sering kali muncul, baik dalam kosakata maupun struktur kalimat. Sebagai proofreader, Anda harus memastikan bahwa diksi yang digunakan sesuai dengan standar bahasa Indonesia baku.

2. Pengaruh Bahasa Asing

Dalam era digital, banyak teks bahasa Indonesia terpengaruh oleh bahasa asing, terutama Inggris. Kata-kata seperti “delivery”, “meeting”, atau “deadline” sering digunakan tanpa padanan lokal. Tantangan bagi proofreader adalah menentukan kapan menggunakan kata-kata asing tersebut dan kapan menggantinya dengan istilah Indonesia seperti “pengiriman”, “rapat”, atau “batas waktu”.

3. Tingkat Formalitas

Bahasa Indonesia memiliki tingkatan formalitas yang berbeda, tergantung pada konteksnya. Misalnya, dalam teks resmi, penggunaan kata “tidak” lebih disukai dibandingkan “nggak”. Dalam teks santai, sebaliknya, kata informal lebih efektif untuk menciptakan hubungan emosional dengan pembaca.

Strategi Proofreading untuk Meningkatkan Keterbacaan

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu Anda meningkatkan keterbacaan teks melalui pemilihan diksi:

1. Kenali Audiens Anda

Pahami siapa yang akan membaca teks tersebut. Untuk audiens akademik, gunakan diksi formal dan teknis. Untuk pembaca umum, gunakan kata-kata sederhana dan langsung. Penting untuk menyesuaikan nada dan gaya bahasa dengan harapan pembaca.

Misalnya, teks untuk audiens profesional mungkin memerlukan penggunaan istilah spesifik industri, sedangkan teks untuk anak-anak harus menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Dengan memahami audiens, Anda dapat menciptakan teks yang terasa relevan dan dekat dengan pembaca, sehingga pesan yang disampaikan lebih efektif. Pertimbangkan juga faktor usia, latar belakang pendidikan, dan kebutuhan pembaca saat memilih diksi.

2. Gunakan Korpus Bahasa

Korpus adalah kumpulan teks yang dapat digunakan untuk mempelajari pola penggunaan bahasa. Misalnya, korpus bahasa Indonesia seperti KBBI daring atau Glosarium Kemendikbud dapat membantu Anda memastikan bahwa diksi yang dipilih sesuai dengan standar bahasa.

Selain itu, korpus memberikan wawasan tentang frekuensi penggunaan kata dalam berbagai konteks, membantu Anda menghindari pilihan kata yang jarang digunakan atau terdengar terlalu asing bagi pembaca.

Sebagai contoh, kata “efisien” lebih umum digunakan dibandingkan “efikasi” dalam konteks sehari-hari. Dengan mengacu pada korpus, Anda dapat memilih diksi yang lebih natural dan sesuai dengan konteks teks.

3. Baca dengan Suara Keras

Membaca teks dengan suara keras membantu Anda mengidentifikasi bagian yang terasa janggal atau tidak alami. Jika sebuah kalimat terasa sulit dibaca, kemungkinan besar pembaca juga akan merasa kesulitan memahaminya. Metode ini juga membantu Anda memeriksa ritme dan alur teks. Kalimat yang terlalu panjang atau berbelit-belit biasanya akan terasa membingungkan saat dibaca keras-keras.

Sebaliknya, kalimat yang efektif akan terasa mengalir dan nyaman didengar. Latihan ini juga berguna untuk memastikan bahwa nada dan gaya bahasa sesuai dengan tujuan teks, apakah formal, santai, atau persuasif.

4. Gunakan Alat Digital dengan Bijak

Alat seperti Grammarly atau LanguageTool dapat membantu menemukan kesalahan tata bahasa dan memberikan saran diksi, tetapi tetaplah menggunakan intuisi dan pengetahuan Anda sebagai proofreader untuk keputusan akhir. Teknologi ini berguna untuk mendeteksi kesalahan umum seperti ejaan yang salah atau frasa yang ambigu, namun tidak selalu mampu memahami konteks atau nuansa budaya dalam teks.

Misalnya, alat digital mungkin merekomendasikan sinonim yang teknis untuk teks non-formal, yang justru bisa mengurangi keterbacaan. Oleh karena itu, gunakan alat digital sebagai pelengkap, bukan pengganti, keahlian manusia. Kombinasikan hasil dari alat ini dengan analisis kritis untuk hasil terbaik.

Sebagai contoh, mari kita lihat artikel berita yang ditulis dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Artikel ini menggunakan banyak istilah teknis yang sulit dimengerti oleh pembaca umum.

Dalam bahasa Inggris:
“The company has initiated a strategic pivot to optimize operational efficiency.”

Terjemahan literal ke bahasa Indonesia:
“Perusahaan telah memulai pivot strategis untuk mengoptimalkan efisiensi operasional.”

Sebagai proofreader, Anda mungkin akan memilih versi yang lebih sederhana dan natural:
“Perusahaan mulai mengubah strategi untuk meningkatkan efisiensi operasional.”

Dalam kasus ini, pilihan diksi seperti “mengubah strategi” lebih sesuai dan mudah dimengerti oleh audiens bahasa Indonesia.

Kesimpulan

Diksi adalah salah satu aspek terpenting dalam proofreading. Memilih kata yang tepat dapat meningkatkan keterbacaan teks secara signifikan, baik dalam bahasa asing maupun bahasa Indonesia. Tantangan seperti perbedaan budaya, pengaruh bahasa asing, dan tingkat formalitas dapat diatasi dengan strategi yang tepat, seperti memahami audiens, menggunakan korpus bahasa, dan memanfaatkan teknologi.

Sebagai proofreader, Anda adalah penjaga kualitas teks yang memastikan bahwa pesan tersampaikan secara efektif. Dengan perhatian terhadap detail, kepekaan terhadap konteks, dan pemahaman mendalam tentang bahasa, Anda dapat mengubah teks biasa menjadi karya yang komunikatif dan menginspirasi.

Referensi:

https://edulearn.intelektual.org/index.php/EduLearn/article/view/21724

https://www.unr.edu/writing-speaking-center/writing-speaking-resources/editing-and-proofreading-techniques

https://precisecreative.marketing/proofreading-and-editing-what-you-need-to-know-now/

https://www.cambridgeassessment.org.uk/Images/666539-what-impacts-success-in-proofreading-a-literature-review-of-text-feature-effects..pdf

 

Nurfadhilah Bahar

Seorang penulis profesional dengan pengalaman lebih dari 5 tahun, awalnya memulai karirnya sebagai blogger dan jurnalis sebelum mendalami Penulisan Konten SEO. Minatnya mencakup berbagai topik, termasuk gaya hidup, pendidikan, dan bisnis.

Share :