Mengulik Profesi Juru Bahasa

Penjurubahasaan atau lebih dikenal dengan kata interpreting adalah kegiatan menerjemahkan wacana lisan atau isyarat dalam satu bahasa ke bahasa lisan atau isyarat lain.

Beberapa orang masih menyamakan profesi penerjemah dengan penjurubahasa. Meskipun dua-duanya sama-sama menerjemahkan sebuah wacana dari satu bahasa ke bahasa lain dan ada banyak orang yang melakoni kedua profesi ini secara bersamaan, penerjemah dan juru bahasa adalah dua profesi yang berbeda dengan kode etik yang berbeda pula.

Juru bahasa dari masa ke masa

Sebuah sumber menyatakan bahwa juru bahasa sudah ada sejak masa Mesir kuno pada millennium ketiga sebelum Masehi. Beberapa penemuan arkeologi menggambarkan para juru bahasa sebagai sosok dengan dua kepala. Penjurubahasaan pada masa Mesir, Yunani, dan Romawi kuno tidak dilakukan secara eksklusif oleh kalangan tertentu saja.

Seorang budak dan perempuan (yang pada masa itu dianggap sebagai warga kelas dua) bisa menjadi juru bahasa. Pada masa tersebut, meskipun ketiga bangsa besar di atas merasa lebih unggul dalam hal bahasa dan budaya, mereka tetap merasa perlu berkomunikasi dengan bangsa lain untuk berdagang, pembuatan administrasi publik, kerja sama militer, dan penyebaran agama.

Pekerjaan juru bahasa dan bahasa utama yang diterjemahkan tidak banyak berubah dari masa peradaban kuno sampai abad pertengahan. Pada abad pertengahan, banyak biara dan sinagoga menggunakan jasa juru bahasa untuk alasan keagamaan. Juru bahasa digunakan dalam pertemuan-pertemuan pemimpin agama dari berbagai wilayah. Para juru bahasa juga diminta untuk menerjemahkan kitab-kitab suci Yahudi ke dalam berbagai bahasa.

Beratus tahun kemudian, ketika bangsa-bangsa Eropa mulai mengeksplorasi berbagai tempat lain di muka bumi, bahasa-bahasa utama yang sering diterjemahkan ke bahasa lain seperti Latin, Ibrani, Yunani, dan Chaldean mulai digantikan oleh bahasa Spanyol dan Portugis. Tahukah anda bahwa Columbus membayar seorang juru bahasa dalam penjelajahannya yang pertama?

Yang menarik adalah keahlian juru bahasa tersebut kemudian tidak bisa digunakan karena Columbus tidak berlabuh di tempat-tempat berbahasa Arab, Ibrani, atau Chaldean. Columbus mendarat di daerah yang sekarang disebut sebagai kepulauan Karibia. Dia bahkan menangkap beberapa orang untuk kemudian dididik menjadi juru bahasa yang baik.  Masa ini menjadi awal mulainya penerjemahan ke lebih banyak macam bahasa.

Di Eropa, Bahasa Perancis mulai menggantikan bahasa Italia sebagai bahasa diplomasi dan bahasa komunikasi kalangan kelas atas yang membuat jasa juru bahasa tidak banyak digunakan lagi sebab mereka yang bekerja sebagai diplomat dan merupakan kalangan kelas atas wajib bisa berbahasa Prancis tidak peduli dari mana mereka berasal.

Situasi ini berlanjut sampai disepakatinya perjanjian dalam Konferensi Perdamaian Paris yang dilaksanakan oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1919 ketika para negosiator yang sebagian besar adalah politisi mulai menolak kekuatan mutlak Bahasa Perancis sebagai usaha untuk memperkuat pengaruh politik bahasa mereka masing-masing.

Dua gaya penjurubahasaan

Paska perang, negara-negara mulai melakukan lebih banyak pertemuan dan ada banyak organisasi internasional besar bermunculan. Dua hal ini melahirkan gaya baru penjurubahasaan yaitu simultaneous interpreting (penjurubahasaan langsung). Sebelumnya, metode yang digunakan adalah consecutive interpreting di mana pembicara menyelesaikan kata-katanya terlebih dahulu sebelum kemudian diterjemahkan dalam bahasa lain secara lisan.

Metode penjurubahasaan ini menghabiskan banyak waktu, apalagi jika pertemuan dihadiri oleh wakil dari berbagai bahasa. Semua peserta pertemuan harus menunggu sampai satu kalimat selesai diterjemahkan dalam berbagai bahasa sebelum lanjut ke kalimat selanjutnya.

Dalam simultaneous interpreting, pembicara dan juru bahasa berbicara bersamaan sehingga waktu yang diperlukan dalam sebuah rapat atau perundingan lebih sedikit. Simultaneous interpreting sendiri baru diakui setelah Pengadilan Nuremberg tahun 1945-1949 di Jerman.

Tantangan menjadi juru bahasa

Banyak orang berpikir bahwa seseorang yang menguasai lebih dari satu bahasa bisa menjadi juru bahasa dengan mudah. Kenyataannya tidak demikian. Untuk menjadi juru bahasa, kita memerlukan lebih dari penguasaan bahasa. Penjurubahasaan ditujukan untuk membantu proses komunikasi antara dua pihak yang tidak menggunakan bahasa yang sama. Dalam proses ini ada banyak tantangan yang mungkin ditemui seorang juru bahasa.

Tantangan yang pertama berkaitan dengan masalah teknis ketika juru bahasa tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan pembicara. Untuk mengatasi ini, biasanya seorang juru bicara ditempatkan di area di mana dia bisa mendengar pembicara dengan jelas dan bebas dari gangguan.

Tantangan berikutnya berkaitan dengan perbedaan budaya. Seorang juru bahasa yang hanya menguasai bahasa tanpa penguasaan budaya akan kesulitan menerjemahkan istilah-istilah yang berkaitan erat dengan budaya. Oleh sebab itu, untuk menjadi seorang juru bahasa yang handal, kita juga perlu mempelajari budaya dari bahasa-bahasa yang kita kuasai.

Tantangan ketiga yang paling banyak ditemukan adalah ketiadaan materi sebelum hari H. Mempelajari materi sebelum H akan sangat membantu seorang juru bahasa. Ketiadaan materi membuat juru bahasa tidak bisa mempersiapkan diri dengan baik dengan mempelajari istilah-istilah yang mungkin akan banyak digunakan dalam pertemuan.

Tantangan lain yang banyak ditemukan berkaitan dengan humor dan sarkasme. Seperti kita ketahui humor dan sarkasme sangat lekat dengan budaya. Ada banyak sekali humor dalam satu bahasa yang tidak bisa diterjemahkan ke bahasa lain.

Jikapun diterjemahkan, kelucuannya akan hilang. Dalam kesempatan seperti ini, juru bahasa diperkenankan menerjemahkan guyonan yang muncul cukup dengan menjelaskan bahwa pembicara sedang melemparkan guyonan. Memaksakan menerjemahkan guyonan seringkali tidak efektif.

Tantangan lain yang mungkin ditemukan adalah tantangan yang berkaitan dengan kepentingan. Karena sifatnya hanya membantu, seorang juru bahasa tidak diperbolehkan mencampuri komunikasi kedua belah pihak tersebut. Seorang juru bahasa dilarang mengurangi atau menambah pesan yang disampaikan oleh kedua belah pihak yang sedang melakukan komunikasi.

Ada kesempatan-kesempatan di mana seorang juru bahasa ditunjuk untuk membantu dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepetingan publik seperti proses pengadilan, penangkapan akibat tindakan kriminal, pemindahan lokasi pengungsian, dan sebagainya.

Meskipun juru bahasa melihat bahwa salah satu pihak dirugikan karena tidak mengerti apa yang terjadi, juru bahasa tersebut tidak diperbolehkan memberikan saran di luar apa yang disampaikan oleh pihak lain.

Sebagai contoh ada seorang ibu dari Indonesia yang mengunjungi anaknya di Amerika Serikat dan kemudian mendapat masalah ketika beliau mengatakan akan membantu menjaga cucunya yang dianggap sebagai usaha bekerja secara ilegal di Amerika Serikat. Proses dengar pendapat pun dilakukan untuk melihat apakah ibu ini sebetulnya ingin bekerja atau hanya sekadar mengunjungi anaknya.

Seorang juru bahasa yang kebetulan juga adalah orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Amerika Serikat dihadirkan dalam proses ini. Juru bahasa ini tahu betul bahwa ibu ini hanya salah bicara, tetapi juru bahasa ini tidak diperkenankan menjelaskan situasi ibu ini kepada pihak yang berwajib selama proses dengar pendapat.

Juru bahasa tersebut juga tidak diperkenankan memberikan saran kepada ibu ini tentang apa yang seharusnya dikatakan atau dilakukan. Tugas sang juru bahasa hanyalah menyampaikan pesan dari pihak berwajib dalam proses dengar pendapat tersebut kepada ibu yang mengalami masalah dan menyampaikan pesan dari ibu tersebut kepada pihak berwajib.

Keahlian yang diperlukan seorang juru bahasa

Setelah melihat tantangan-tantangan yang dihadapi seorang juru bahasa, tentu sedikit banyak kita bisa hal apa saja yang diperlukan oleh seorang juru bahasa.

    • Penguasaan dua bahasa atau lebih yang di atas rata-rata

Seorang juru bahasa harus menerjemahkan sekitar 150 kata per menit. Karena banyaknya kata yang harus diterjemahkan dan singkatnya waktu yang ada untuk menerjemahkan, seorang ahli bahasa tidak memiliki kesempatan untuk membuka kamus atau memilih kata menggunakan bantuan thesaurus seperti seorang penerjemah tulisan.

Ketika seorang juru bahasa berhenti dan mencoba mencari kata yang tepat, pembicara bisa saja sudah mengatakan lebih banyak hal lagi.

    • Pemahaman yang baik tentang materi pembicaraan di mana seorang jasa juru bahasa dibutuhkan

Tanpa pemahaman yang baik, seorang juru bahasa akan kesulitan menerjemahkan istilah-istilah khusus yang digunakan dalam wilayah kerja tertentu.

Misalnya dalam pertemuan kelompok buruh yang membicarakan mengenai hak untuk berserikat, seorang juru bahasa harus paham isu apa yang berkaitan dengan hak-hak buruh untuk berkelompok dan beroganisasi serta istilah apa saja yang digunakan di dalamnya seperti ‘freedom of association, collective bargaining, conducive environment’, dan lain-lain.

    • Kemampuan menyimak pembicaraan

Seorang juru bahasa perlu melatih diri berkonsentrasi menyimak sebuah wacana lisan. Tanpa kemampuan menyimak dalam jangka waktu panjang, seorang juru bahasa tidak akan

mampu menerjemahkan isi pembicaraan dengan baik. Kemampuan menyimak ini juga harus diikuti oleh short term memory yang baik, tanpa short term memory yang baik, seorang juru bahasa akan mudah lupa apa yang baru saja dikatakan oleh pembicara dan akibatnya isi wacana lisan tidak tersampaikan dengan baik.

    • Penguasaan teknik salami atau segmentation

Salami atau segmentation memiliki arti yang berbeda tergantung di wilayah mana istilah ini digunakan. Dalam penjurubahasaan, teknik salami mengacu pada teknik untuk memecah dan mengambil ini dari apa yang dibicarakan tanpa perlu menerjemahkan kata per kata.

Misalnya ketika seorang pembicara berkata, “What I love about this job is that I could do it remotely.” Terjemahan harafiahnya adalah “Apa yang saya suka dari pekerjaan ini adalah saya dapat mengerjakannya dari jauh.” Dengan teknik salami, seorang juru bahasa menerjemahkannya menjadi, “Saya menyukai pekerjaan ini karena tidak perlu ke kantor.”

    • Kemampuan berkomunikasi yang baik

Seroang juru bahasa juga harus menguasai teknik-teknik komunikasi seperti penggunaan intonasi untuk menyatakan emosi, penekanan kata, penggunaan jeda, dan sebagainya. Hal-hal ini tanpa kita sadari mempengaruhi pesan yang ingin disampaikan.

    • Kemampuan mencatat (note-taking skills)

Note-taking sangat membantu ketika seorang juru bahasa harus melakukan consecutive interpreting. Mencatat hal-hal yang perlu diterjemahkan ketika pembicara menyampaikan pesannya akan membantu seorang juru bahasa menerjemahkan dengan lebih efektif.

Asosiasi juru bahasa

Di dunia juga di Indonesia ada berbagai macam asosiasi juru bahasa dan penerjemah. Beberapa yang besar adalah sebagai berikut:

    • International Federation of Translators
    • International Association of Professional Translators and Interpreters
    • International Association of Conference Interpreters
    • Association of Indonesian Conference Interpreters
    • Himpunan Penerjemah Indonesia (merupakan anggota International Federation of Translation)

Demikianlah sekelumit penjelasan tentang profesi juru bahasa. Bila anda memerlukan jasa juru bahasa, PéMad siap melayani anda. Anda bisa menghubungi kontak yang tersedia untuk bertanya lebih lanjut mengenai jasa juru bahasa yang kami sediakan.

References:

Isi artikel di luar tanggung jawab PT PeMad International Transearch.

Pemad International Transearch

PéMad menyediakan layanan penerjemahan dan pelokalan untuk lebih dari 20 bahasa. Kami memadukan penerjemahan (translation) dengan adaptasi kultural berbasis riset (research) untuk memberikan hasil terbaik ke klien global.

Share :