Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, adalah keajaiban linguistik dengan lebih dari 700 bahasa daerah yang dituturkan di berbagai pulaunya. Keberagaman bahasa ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah bahasa terbanyak kedua di dunia setelah Papua Nugini.
Namun demikian, data dari Balai Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa pada tahun 2020 ada 11 bahasa daerah yang hilang karena penuturnya meninggal dunia dan tidak ada penerusnya yang melanjutkan penggunaan bahasa daerah tersebut.
Di kota-kota besar, sebagian besar keluarga tidak lagi menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Bahkan ada banyak keluarga yang memilih menggunakan bahasa asing seperti Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan putra-putri mereka.
Banyak dari keluarga muda tersebut yang memang tinggal di luar daerah asal mereka sehingga mereka merasa kesulitan untuk tetap menggunakan bahasa daerah di rumah ketika lingkungan tempat tinggal mereka menggunakan bahasa daerah lain.
Beberapa merupakan pasangan dari suku yang berbeda dan memutuskan menggunakan Bahasa Indonesia akan lebih memudahkan masing-masing mengerti apa yang pasangan mereka katakan pada anak-anak di rumah.
Sementara itu, ada banyak juga pasangan yang berpikir bahwa menguasai Bahasa Indonesia dan bahasa asing akan memberi kesempatan kepada putra-putri mereka untuk berhasil di masa depan.
Perlukah kita secara serius melestarikan bahasa daerah? Jawabannya tentu saja perlu meskipun mungkin tidak banyak orang yang mengerti mengapa kita harus melestarikan bahasa daerah.
Kajian yang dalam tentang kekayaan masing-masing bahasa daerah di Indonesia masih belum banyak dibandingkan dengan kajian Bahasa Inggris dan pengajarannya. Di sini, kita akan melihat betapa kayanya bahasa daerah di Indonesia.
Content :
ToggleKearifan Lokal untuk Mitigasi Bencana
Indonesia adalah negeri indah yang rawan bencana. Ada banyak suku yang memasukkan pengetahuan bencana dalam bahasa mereka lewat puisi, lagu, atau cerita rakyat.
Tradisi Smong di Simeulue
Contoh yang paling jelas ada pada tradisi lisan mengenai Smong (tsunami) di Simeulue. Dalam syair berlagu ini, terdapat pengetahuan mengenai tanda-tanda terjadinya tsunami dan apa yang harus dilakukan jika tsunami terjadi.
Tradisi lisan Smong ini sudah dituturkan turun temurun sejak dulu kala dan terbukti melindungi penduduk pulau Simeulue ketika tsunami besar pada tahun 2006 melanda ujung Sumatra.
Menurut data, tsunami tersebut merenggut sepuluh jiwa dari daerah Simeulue. Jumlah tersebut berkali-kali lipat lebih sedikit dari jumlah korban di tempat lain.
Peringatan Lokal di Sulawesi Tengah
Sementara itu, di daerah Sulawesi Tengah, ada beberapa daerah di mana penduduknya memiliki larangan-larangan khusus seperti misalnya larangan untuk melewati jalur tertentu. Contoh larangan ini ada di daerah Petobo. Dulunya, Petobo adalah daerah rawa, sering disebut sebagai Londjo atau tanah tertanam.
Para pedagang yang hendak menuju pasar diminta memutar jalan demi menghindari tenggelam di dalam lumpur. Daerah ini kemudian dibangun menjadi perumahan yang tentu saja sebetulnya sangat berbahaya. Fenomena likuifaksi pada tahun 2018 mengembalikan struktur tanah daerah ini menjadi lembek seperti sebelumnya.
Selain larangan-larangan, beberapa daerah di Sulawesi Tengah juga dinamai berdasarkan bencana alam yang pernah terjadi.
Ini mungkin dilakukan supaya keturunan penduduk yang pernah mendiami daerah bencana waspada mengenai bencana yang mungkin terulang lagi di masa depan. Palu adalah salah satu kota yang perlu diwaspadai rawan bencana.
Palu berasal dari kata Topalue yang artinya tanah yang naik. Daerah tersebut dulunya adalah lautan, pergerseran lempeng menyebabkan daratan laut naik. Jika pergeseran terus terjadi, bukan tidak mungkin topografi Palu akan berubah.
Daerah lain yang dinamai sesuai dengan bencana adalah desa Rogo yang artinya hancur; Tompe, yang artinya meluapnya air laut akibat pasang; Kaombona artinya runtuh atau tanah runtuh, yang merupakan salah satu lokasi bekas tsunami di kota Palu yg terjadi tahun 1927.
Perlindungan Lingkungan Lewat Tradisi Bahasa
Bahasa daerah tentu erat dengan pengetahuan budaya. Pengetahuan budaya ini mulai digali lagi akhir-akhir ini seiring dengan masalah perubahan cuaca yang melanda dunia. Nenek moyang kita sebetulnya sudah melakukan banyak kegiatan budaya yang ternyata berguna untuk pelestarian alam.
Pantang Larang Suku Laut
Orang Suku Laut memiliki adat Pantang Larang. Adat yang diturunkan dengan bertutur ini melarang orang-orang menebang pohon tertentu atau menangkap makhluk laut tertentu.
Larangan-larangan ini tentu saja memberi kesempatan bagi pohon-pohon yang tidak boleh ditebang untuk tumbuh baik dan membantu manusia melawan polusi.
Larangan menangkap makhluk laut juga memberi kesempatan bagi makhluk laut tersebut untuk berkembang biak.
Keyakinan Masyarakat Bajo terhadap Terumbu Karang
Begitu juga dengan kepercayaan mengenai terumbu karang di sekitar tempat tinggal suku Bajo yang dipercaya sebagai tempat tinggal roh halus. Kepercayaan ini tentu saja membantu kelestarian terumbu karang di daerah tersebut.
Pengetahuan tentang Keanekaragaman Hayati
Indonesia adalah salah satu negara dengan keaneragaman hayati terbanyak di dunia. Ada begitu banyak spesies yang belum teridentifikasi secara ilmiah yang ada di Indonesia.
Spesies-spesies ini mungkin sudah memiliki nama local yang belum tercatat secara ilmiah. Jika bahasa daerah hilang, pengetahuan tentang tanaman dan hewan yang ada di sekitar kita juga ikut hilang.
Buah Kepel di Jawa
Di Jawa Tengah ada buah bernama kepel. Buah ini besarnya sekepal tangan orang dewasa dalam bahasa Jawa disebut sakkepel. Baunya wangi dan dipercaya dapat menghilangkan bau tidak enak yang dikeluarkan tubuh manusia.
Sayangnya, buah ini sudah mulai langka. Bahkan banyak orang dari daerah Jawa Tengah yang juga tidak tahu bahwa buah ini ada. Buah ini dinamai dengan bahasa Jawa. Ini contoh salah satu spesies yang dinamai dengan bahasa daerah.
Tantangan dalam Melestarikan Bahasa Daerah
Meski bahasa daerah adalah aset yang luar biasa, melestarikannya bukan hal mudah. Tantangan terbesar adalah:
Generasi muda lebih memilih bahasa Indonesia atau asing karena dianggap lebih relevan untuk pendidikan dan karier.
Kurangnya pengajaran formal bahasa daerah di sekolah-sekolah.
Urbanisasi yang membuat masyarakat meninggalkan komunitas aslinya.
Kurangnya dokumentasi tertulis maupun digital, sehingga bahasa hanya bertahan lewat ingatan generasi tua.
Stigma terhadap bahasa daerah yang dianggap kuno atau tidak berguna.
Jika dibiarkan, dalam beberapa dekade ke depan Indonesia bisa kehilangan sebagian besar kekayaan bahasanya. Padahal kekayaan dalam berbagai bahasa adalah kekuatan terbesar kita di era globalisasi yang seragam.
Setelah melihat betapa kayanya bahasa daerah kita, akankah kita rela jika bahasa-bahasa daerah ini hilang?
Upaya Nyata untuk Menyelamatkan Bahasa Daerah
Beberapa inisiatif kini mulai dilakukan, baik oleh pemerintah maupun komunitas:
Mengintegrasikan bahasa daerah ke dalam kurikulum lokal di sekolah dasar.
Digitalisasi dan dokumentasi bahasa, seperti pembuatan kamus, cerita rakyat, rekaman suara, dan aplikasi belajar.
Menggelar festival budaya daerah, yang menampilkan musik, sastra, dan pertunjukan berbahasa lokal.
Mendorong konten digital berbahasa daerah, seperti YouTube, podcast, dan TikTok.
Melibatkan generasi muda dalam pelestarian, karena masa depan bahasa berada di tangan mereka.
Kesimpulan
Bahasa daerah merupakan kekayaan bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya sebagai alat komunikasi, tapi juga sebagai penjaga nilai, pengetahuan, dan identitas. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah bahasa daerah terbanyak di dunia, dan ini adalah kebanggaan yang tidak boleh dibiarkan hilang.
Di tengah arus globalisasi, menjaga bahasa lokal bukanlah beban, melainkan bentuk cinta pada tanah air. Karena di mana letak kekayaan bahasa Indonesia jika bukan pada keragaman dan kedalaman makna yang dikandung oleh bahasa daerahnya?
Mari kita sungguh melaksanakan semboyan utamakan Bahasa Indonesia, kuasai bahasa asing, lestarikan bahasa daerah. Melakukan hanya salah satu di antara ketiganya tidak akan cukup bagi kita yang tinggal di Indonesia.
Referensi:
- http://www.mosintuwu.com/2019/03/31/toponimi-mengenal-sejarah-peristiwa-besar-dan-potensi-bencana/
- https://iconic.kebudayaan.online/penguatan-pengetahuan-lokal-masyarakat-dalam-kebencanaan-melalui-pengarsipan-digital-ainar-tri-asita-s-sos/
- https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/21/17464191/data-kemendikbud-2011-2019-11-bahasa-daerah-di-indonesia-punah
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/10/05/tradisi-lisan-smong-yang-selamatkan-orang-simeulue-dari-tsunami
Isi artikel di luar tanggung jawab PT PeMad International Transearch.