Di antara megahnya Candi Borobudur yang berusia lebih dari 1.200 tahun, tradisi pelepasan lampion terbang menjadi momen istimewa dalam perayaan Waisak. Ribuan lampion yang diterbangkan ke langit malam bagaikan kunang-kunang raksasa, memancarkan cahaya indah yang memukau para pengunjung.
Lebih dari sekadar tradisi yang memesona, momen ini menyimpan makna mendalam bagi umat Buddha.
Content :
ToggleSejarah Perayaan Waisak di Borobudur
Candi Borobudur, mahakarya arsitektur Buddha yang megah di Jawa Tengah, selama bertahun-tahun menjadi saksi bisu perayaan Hari Raya Waisak yang meriah. Bukan hanya umat Buddha di Indonesia, tetapi juga dari berbagai negara, menjadikan Candi Borobudur sebagai destinasi utama untuk memperingati momen penting ini.
Perayaan Waisak di Candi Borobudur tak lepas dari sejarah panjang. Dimulai pada tahun 1929, saat Himpunan Teosofi Hindia Belanda menginisiasi perayaan Waisak di candi ini. Awalnya, hanya diikuti oleh sedikit umat Buddha di sekitar Yogyakarta dan Magelang.
Perayaan sempat terhenti selama masa penjajahan Jepang dan perang kemerdekaan. Baru pada tahun 1953, tradisi Waisak di Borobudur kembali hidup, dan sejak saat itu menjadi perayaan nasional yang diikuti oleh umat Buddha dari seluruh Indonesia.
Terpilihnya Candi Borobudur sebagai pusat perayaan Waisak bukan tanpa alasan.
Bagi umat Buddha, candi ini memiliki makna spiritual yang mendalam. Di balik keindahan arsitekturnya, Borobudur menyimpan nilai-nilai luhur agama Buddha dan diyakini sebagai tempat yang sakral.
- Simbol Kemegahan dan Kesucian: Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia, dengan ketinggian 35,4 meter dan luas alas 121×121 meter. Kemegahannya ini menjadikannya simbol kejayaan dan kesucian agama Buddha.
- Tempat Bersejarah: Candi Borobudur menyimpan sejarah panjang dan nilai budaya yang tak ternilai. Dibangun pada abad ke-8, candi ini menjadi bukti nyata perkembangan peradaban Buddha di Indonesia.
- Dipercaya Menyimpan Relik Buddha: Menurut keyakinan, Candi Borobudur menyimpan relik rambut Buddha, menjadikannya tempat yang dihormati dan disucikan oleh umat Buddha.
Setiap tahun, Candi Borobudur menjadi lautan manusia saat perayaan Waisak berlangsung.
Ribuan umat Buddha berkumpul untuk melakukan berbagai ritual keagamaan, seperti meditasi, pembacaan kitab suci, dan pelepasan lampion.
Mengenal Tradisi Lampion Terbang Waisak
Menurut KBBI, lampion adalah lentera yang terbuat dari kertas (penerangannya dengan lilin), dipakai pada pesta (perayaan).
Tradisi melepas lampion terbang saat Waisak punya makna yang dalam dan berasal dari ajaran Buddha. Kebiasaan ini dipercaya sudah ada sejak lebih dari 2.000 tahun lalu, diawali di Tiongkok pada masa Dinasti Han Barat (206 SM – 25 M).
Awalnya, ritual ini khusus dilakukan para biksu Buddha untuk menghormati Sang Buddha pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan lunar, yang dikenal sebagai Festival Yuan Xiao. Belakangan, festival ini dirayakan oleh masyarakat umum, dan tradisi melepas lampion menjadi kebiasaan rakyat yang populer.
Lampion yang diterbangkan saat Waisak melambangkan pencerahan Buddha, serta upaya mencapai pikiran yang jernih. Melepas lampion dianggap sebagai cara untuk melatih batin dan meraih pencerahan, yang merupakan tujuan utama dalam ajaran Buddha.
Lampion-lampion ini pun sering dihiasi dengan harapan atau pesan, yang diyakini akan terkabul jika orang tersebut melakukan perbuatan baik sepanjang tahun.
Di zaman sekarang, tradisi melepas lampion terbang sudah diadopsi oleh berbagai kebudayaan, termasuk di Asia dan sekitarnya. Contohnya, di Thailand, Festival Lampion Yi Peng menjadi perayaan penting di mana ribuan lampion diterbangkan ke langit malam, menandakan pelepasan kesialan masa lalu dan awal tahun yang baru.
Begitu pula di Indonesia, perayaan Waisak di Candi Borobudur tak lepas dari ritual melepas lampion, yang menjadi bagian penting dari hari raya umat Buddha tersebut.
Di Indonesia, tradisi pelepasan lampion Waisak pertama kali diperkenalkan di Candi Borobudur pada tahun 1966. Sejak saat itu, tradisi ini menjadi salah satu acara puncak dalam perayaan Waisak di Candi Borobudur dan menarik perhatian wisatawan dari seluruh dunia.
Makna Lampion dalam Perayaan Waisak
Lebih dari sekadar tradisi yang indah, lampion ini memiliki makna simbolis yang mendalam dalam ajaran Buddha. Mari kita telusuri makna-makna tersebut:
1. Cahaya Pencerahan Batin
Lampion melambangkan pencerahan batin, momen ketika Siddhartha Gautama mencapai pemahaman sempurna tentang alam semesta dan jalan menuju pembebasan dari penderitaan.
Cahaya lampion bagaikan simbol nyata dari pencerahan ini, menerangi jalan spiritual para umat Buddha.
2. Kebangkitan dan Transformasi
Penerbangan lampion melambangkan proses kebangkitan dan transformasi diri. Bayangkan lentera yang menerangi kegelapan, lampion Waisak mengingatkan kita akan potensi untuk bangkit dari keterikatan duniawi menuju kecerahan dan kedamaian.
Lampion ini menggambarkan perjalanan spiritual, melepaskan diri dari kegelapan batin dan memancarkan cahaya kebijaksanaan.
3. Simbol Kebaikan dan Kasih Sayang
Cahaya lampion juga merupakan simbol kebaikan dan kasih sayang. Inti ajaran Buddha adalah menumbuhkan cinta kasih dan kebaikan terhadap semua makhluk hidup.
Dengan menerbangkan lampion, umat Buddha memancarkan niat mereka untuk menyebarkan cahaya kasih sayang ke seluruh dunia.
4. Penghormatan terhadap Ajaran Buddha
Lampion melambangkan penghormatan terhadap ajaran Buddha.
Pada perayaan Waisak, umat Buddha membawa lampion sebagai bentuk penghormatan kepada Siddhartha Gautama dan ajarannya yang membawa pencerahan dan pembebasan dari penderitaan.
Makna Simbolis Pelepasan Lampion Waisak
Pelepasan lampion Waisak Borobudur memiliki makna simbolis yang mendalam bagi umat Buddha. Berikut adalah beberapa makna simbolis dari tradisi ini:
- Melambangkan pencerahan Buddha: Penerbangan lampion ke langit melambangkan penyebaran ajaran Buddha Gautama yang menerangi kegelapan ketidaktahuan.
- Mewakili pelepasan hal-hal negatif: Umat Buddha meyakini bahwa dengan melepas lampion, mereka juga melepaskan hal-hal negatif dalam diri mereka, seperti kebencian, keserakahan, dan kegelapan batin.
- Simbol harapan dan doa: Lampion yang diterbangkan ke langit membawa doa dan harapan umat Buddha untuk mencapai kedamaian, kebahagiaan, dan pencerahan.
- Menebarkan kedamaian dan kebahagiaan: Cahaya lampion yang menerangi langit diharapkan dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi semua makhluk hidup.
Rangkaian Acara Pelepasan Lampion Waisak 2024 di Candi Borobudur
Candi Borobudur kembali semarak dengan rangkaian acara Perayaan Waisak 2024 yang dimulai sejak 18 Mei dan akan mencapai puncaknya pada 23 Mei.
Beragam kegiatan keagamaan dan budaya menarik telah disiapkan untuk memeriahkan momen penting bagi umat Buddha ini.
Puncak Perayaan:
Kirab Waisak dan Puja Bakti Detik-Detik Waisak: Prosesi khidmat Kirab Waisak akan mengantarkan umat Buddha dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur pada tanggal 23 Mei.
Tepat pada pukul 20.52.42 WIB, Puja Bakti Detik-Detik Waisak akan menjadi momen puncak perayaan, diikuti dengan pelepasan seribu lampion yang menerangi langit malam.
Rangkaian Acara Lainnya:
- 18-19 Mei: Bakti sosial pengobatan gratis di Taman Lumbini, Candi Borobudur.
- 20 Mei: Berbagai ritual keagamaan Buddha, seperti Tiga Langkah Satu Namaskara Tradisi Mahayana dan Penyambutan Kedatangan Bhikkhu Thudong.
- 21 Mei: Pradaksina Tradisi Theravada, Pengambilan Api Dharma, dan Larung Pelita Purnama Siddhi.
- 22 Mei: Atthasila Tradisi Mahayana, Pindapata Menyambut Hari Waisak, dan 3rd Borobudur Peace and Prosperity Festival.
- 24 Mei: Mindful Walking Meditation di Candi Borobudur.
- 25-26 Mei: Pasar Medang di Main Gate Plaza, Candi Borobudur.
Tradisi pelepasan lampion terbang Waisak di Candi Borobudur adalah sebuah tradisi yang indah dan sarat makna.
Tradisi ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga menjadi pengingat bagi umat Buddha untuk terus mengamalkan nilai-nilai luhur Buddhisme dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi:
https://studycli.org/chinese-culture/chinese-lanterns/
https://www.asiahighlights.com/thailand/loy-krathong-festival/light-festivals
https://www.muigarden.com/party-tray/86-blog/90-origins-of-the-lantern-festival.html